Kesabaran Berujung Sejarah dan Emas Kedelapan dari Olimpiade Tokyo

Sedangkan Chen/Jia melewatkan total 344 menit dan 206 poin dari lima pertandingan sebelumnya yang hanya peringkat satu dunia Yuki Fukushima/Sayaka Hirota yang menjadi lawan berperingkat lebih tinggi dari mereka.

Pasangan China ini juga memainkan rata-rata reli yang lebih singkat dibandingkan dengan Greysia/Rahayu, sekitar 13 detik dan 8 pukulan per reli.

Intinya, sebelum final itu, Greysia/Apriyani bermain lebih liat dan sabar dibandingkan dengan Chen/Jia.

Kalau Chen/Jia hanya sekali saja memainkan reli di atas 60 detik atau satu menit, yaitu 84 detik pada gim ketiga melawan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota pada perempat final, maka Greysia/Apriyani tercatat tujuh kali adu reli lebih dari 60 detik. Mereka bahkan tiga kali memainkan reli di atas 100 menit ketika melawan tiga pasangan berbeda.

Pertama, ketika game kedua perdelapan besar melawan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota di mana mereka menghabiskan waktu 103 detik. Kedua, pada gim ketiga melawan Du Yeu/Li Yin Hui dalam perempat final yang menghabiskan waktu 101 detik. Dan terakhir saat memenangkan reli terlamanya 111 detik ketika melawan Lee Sohee/Shin Seungchan pada gim kedua saat kedudukan 19-16.

Dari data-data itu terlihat pasangan Indonesia adalah tipikal pekerja keras dan pantang menyerah.

Dan final menegaskan reputasi Greysia/Rahayu itu. Mereka menjadi pihak yang lebih sabar sekalipun memiliki kesempatan sama besar dengan Jia/Chen untuk agresif, karena teknik bertanding mereka pun sama lengkap dan baiknya dengan ganda mana pun yang berperingkat di atas mereka, termasuk Jia/Chen.

“Tak Usah Buru-Buru”

Seperti dalam pertandingan-pertandingan terdahulunya pada Olimpiade ini, ganda putri Indonesia tak ingin cepat menyudahi laga, sebaliknya beberapa kali memancing lawan melakukan hal yang tidak mereka lakukan itu.

Lihat juga...