Harga Bumbu Naik, Warga Pesawaran Pilih Mandiri Budidaya Tanaman
Editor: Makmun Hidayat
Menyediakan kebutuhan bahan kuliner dari sekitar rumah sebut Saminem juga dilakukan melalui budidaya. Memelihara ayam, bebek, ikan gurame dan lele menjadi pilihan dalam memenuhi kuliner. Warga sebutnya bisa mendapatkan bahan makanan dari telur ayam kampung, bebek. Sumber protein hewani dari ikan bisa diperoleh dari kolam.
“Semua kebutuhan untuk bumbu, sayuran dan lauk bisa dipenuhi sebagai ketahanan pangan selama pandemi,” ulasnya.
Warga lain bernama Basiyam di Desa Sungai Langka menyebut menanam serai, kopi dan lada. Tanaman serai yang digunakan sebagai tanaman pagar, tanaman sela tetap menghasilkan. Selain bisa dipergunakan untuk keperluan bumbu sebagian bisa dijual pada pengepul. Bumbu yang diperoleh dari hasil kebun diakuinya lebih segar dan tanpa harus mengeluarkan uang.
“Sejumlah bumbu dapur yang dibeli dominan jenis garam, penyedap rasa dan bumbu lain yang dibeli dari pasar,” ulasnya.
Penyediaan minuman jenis kopi sebut Basiyam dilakukan dari jenis kopi arabica. Menanam kopi sebutnya sangat dibutuhkan warga terutama saat menggelar acara keluarga. Kebutuhan kopi bubuk meningkat saat akan menggelar hajatan. Ia juga menyebut berbagai jenis bumbu wajib ditanam pada pekarangan untuk berhemat tanpa membeli di pasar. Terlebih sejumlah bahan bumbu sedang alami kenaikan harga.
Rohimah, pedagang di pasar Desa Bernung, Gedong Tataan, Pesawaran menyebut sejumlah bumbu alami peningkatan. Jenis cabai rawit yang sebelumnya dijual hanya Rp28.000 meningkat menjadi Rp30.000. Permintaan berbagai kebutuhan pokok jenis bumbu sebutnya tidak terpengaruh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sebab kebutuhan pokok tetap tersedia di pasar tradisional.