Gurih dan Empuk Gemblong Bakar di Kota Semarang

Editor: Makmun Hidayat

Gemblong bakar memiliki tekstur renyah di bagian luar, namun lembut empuk di bagian dalam. Terasa mulur lembut beras ketan diselingi renyah kelapa parut.

“Paling enak, gemblong bakar ini dinikmati selagi masih hangat, ditemani dengan teh atau kopi. Dijamin semakin lezat,” tambahnya.

Asep menjelaskan, untuk membuat gemblong bakar tersebut caranya pun relatif mudah, beras ketan dan kelapa muda parut, dikukus dan ditambahkan sedikit garam dan daun pandan. Setelah matang, tumbuk hingga olahan ketan menyatu dan kalis.

Setelah itu, masukkan beras ketan yang sudah ditumbuk tersebut kedalam cetakan. Untuk dibuat jadah bakar, Asep mengaku menggunakan ukuran persegi panjang, 10 x 5 x 3cm, atau panjang 10 cm lebar 5 cm dan tebal 3 cm.

“Kalau sudah dicetak ini kan lebih memudahkan saat dibakar, kita juga bisa menghitung berapa hasilnya nanti saat dijual. Jadi lebih mudah,” terang pria asal Tasikmalaya tersebut.

Asep mengaku sudah 13 tahun menggeluti usaha ini, pasang surut usaha pun dialaminya. Termasuk saat PPKM lalu, yang membuatnya merugi karena penjualan menurun drastis.

“Ya mudah-mudahan, gemblong bakar ini tetap ada yang menggemari, jadi laris terus,” tambahnya.

Dalam sehari, Asep mengaku bisa menghabiskan sekitar 5 kilogram beras ketan, bahan baku gemblong bakar. “Biasanya sebelum pandemi bisa 10 kilo, sekarang sekitar 4-5 kilo aja., namun semua tetap disyukuri,” tutupnya.

Sementara salah seorang pembeli, Dian, mengaku tertarik dengan jadah atau gemblong bakar, selain dari cita rasanya yang unik dan lezat, juga dari segi harga.

“Harganya masih relatif terjangkau Rp 2.500 per potong, ukurannya juga cukup besar. Jadi makan empat potong saja sudah kenyang,” terangnya.

Lihat juga...