Merajut Rupiah dari Limbah Kulit Kelapa
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – ‘Ono obah ono rupiah’, demikian semboyan berbahasa Jawa yang disampaikan Sipan, warga Desa Bandar Dalam, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, yang bermakna ‘mau bergerak bisa menghasilkan uang’. Sejak lima tahun silam, ia memanfaatkan peluang adanya perusahaan pengolah serabut kelapa menjadi serat dan cocopeat.
Serabut merupakan kulit luar buah kelapa usai dikupas memakai slumbat atau pengupas kulit kelapa. Serabut diperoleh Sipan dari sejumlah produsen kopra dan penjual kelapa butir. Semula, serabut kelapa hanya dibuang sebagai limbah. Juga erap serabut kelapa hanya dibakar untuk bahan pengasapan kopra.
Sipan mengaku setiap hari berkeliling mencari tempat perajin kopra untuk mengumpulkan serabut. Ia mencatat semua nomor telepon perajin kopra untuk berkomunikasi soal jumlah serabut yang dihasilkan hingga waktunya pengepulan. Sebab, permintaan makin meningkat untuk pembuatan serat dan cocopeat.

“Saya awalnya sendiri bersama dua orang kerabat, namun setelah lima tahun peluang usaha ini mulai dilirik karena menjadi sumber pekerjaan yang menjanjikan, sekaligus memanfaatkan potensi limbah pengolahan kopra dan mengurangi pencemaran lingkungan,” terang Sipan, saat ditemui Cendana News, Selasa (6/7/2021) sore.
Sipan bilang, serabut sebanyak satu bak mobil L300 semula dibeli dari perajin kopra seharga Rp20.000. Kini, seiring nilai ekonomis yang tinggi, harga bisa mencapai Rp30.000, bahkan bisa Rp40.000 per muatan. Ia juga menyebut makin banyaknya usaha sejenis membuat kebutuhan serabut kelapa meningkat.