Mengenal Tradisi Adu Beduk yang Tumbuh di Bekasi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
BEKASI – Budayawan Bekasi, Maja Yusirwan atau akrab disapa Aki Maja, mengungkapkan, sejak masa lalu sudah muncul tradisi beduk. Fungsi beduk diketahui memang sebagai alat tabuh penanda waktu salat bagi umat muslim.
Menurutnya, beduk sudah dikenal dan ditemukan ketika pasukan Cornelis D. Houtman menginjakkan kaki di wilayah Kesultanan Banten kisaran tahun 1595-1597. Beduk tersebut ditemukan di hampir seluruh masjid besar maupun langgar.
“Kala itu fungsi beduk tidak saja sebagai alat tabuh penanda waktu salat, tapi juga digunakan sebagai penanda bahaya. Bahkan beduk dikenal juga pada masyarakat Tiongkok, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya dengan fungsi berbeda-beda,” ungkap Aki Maja kepada Cendana News, Minggu (18/7/2021).

Bahkan, imbuhnya, beduk juga digunakan sebagai genderang pengiring derap pasukan perang pada masa Kaisar Ming. Ketika utusan Laksamana Cheng Ho mendarat di tanah Jawa bahkan juga melihat beduk digunakan sebagai tetabuhan pasukan perang.
“Terlepas dari peradaban, makna, dan fungsi beduk yang sudah dikenal ratusan tahun silam, khususnya bagi masyarakat Betawi di Bekasi, beduk memang digunakan sebagai alat tabuh penanda waktu salat ketika pengeras suara seperti toa dan speaker belum dikenal,” jelasnya.
Menurutnya, seiring perkembangan peradaban manusia, beduk pun difungsikan sebagai alat tabuh, musik pukul, yang dipadukan dengan ketukan suara kayu dipukul-pukul pada wadah beduk sehingga menimbulkan bunyi yang harmonis.