Jeritan Pelaku Wisata Terimbas PPKM, Berharap Kebijakan Dilonggarkan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

SEMARANG – Pariwisata menjadi salah satu sektor yang terpukul akibat Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sejak diterapkan pada 3 Juli 2021 lalu, seluruh obyek wisata dilakukan penutupan, termasuk di Kota Semarang.

Penutupan tersebut pun berimbas pada nasib obyek wisata tersebut, hingga nasib para pekerja di sektor tersebut, mulai dari tingkat profesional hingga kelas rakyat.

“Penutupan ini memang berdampak pada operasional Semarang Zoo, kita harus memutar otak agar kebutuhan bisa tetap terpenuhi, sebab selama ini, kita memang mengandalkan pendapatan dari penjualan tiket pengunjung,” papar Direktur Semarang Zoo, Choirul Awaludin saat dihubungi di Semarang, Minggu (25/7/2021).

Apalagi biaya operasional kebun binatang satu-satunya di Kota Semarang tersebut cukup tinggi, mencapai Rp 200 juta per bulan. Angka tersebut untuk mencukupi kebutuhan pakan ratusan satwa yang menjadi koleksi di tempat tersebut.

“Meski saat ini kita masih tutup sejak 22 Juni 2021 lalu, namun kita harus tetap memberi pakan seluruh satwa yang ada. Pemberian pakan juga tidak bisa dikurangi, sebab dapat berpengaruh pada kesehatan satwa,” tandasnya.

Mereka pun mencoba bertahan dengan mengandalkan dana penghasilan sebelum PPKM ditetapkan. Selain itu juga berinovasi, dengan membuka program piknik virtual dan hewan asuh, melalui kegiatan tersebut masyarakat bisa berkesempatan untuk menjadi donatur memenuhi kebutuhan pakan satwa.

“Selama penutupan ini, sistem kerja karyawan juga hanya setengah hari sehingga gaji pun menyesuaikan. Jika PPKM diperpanjang, kita juga harus berpikir ulang untuk memenuhi operasional,” tandasnya.

Lihat juga...