Budi Daya Labu Kuning, Cadangan Pangan Kala Paceklik
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Pembuatan rambatan setinggi dua meter menjadikan area bawah tanaman labu kuning menjadi tempat untuk berteduh.
Tanaman labu kuning yang dibudidayakan sebut Sumari jenis bulat dan lonjong memiliki cara perawatan yang sama. Setelah ditanam, diberi rambatan proses pemupukan, penyiangan gulma dan pembersihan hama perlu dilakukan.
Jenis labu lonjong dan bulat bisa berbuah setelah usia 50 hari. Setelah bunga diserbuk secara alami oleh lebah madu muncul bakal buah. Buah muda berwarna hijau mulus cenderung mengkilap.
“Labu kuning setelah menjelang tua akan muncul garis kuning pada kulit, semakin tua kulit hijaunya berubah kuning cerah dan bisa dipanen setiap dua pekan,” terangnya.
Tanaman labu yang merambat sebut Sumari bahkan kerap dibiarkan hingga ke atap kandang ayam. Penanaman secara tradisional dengan pupuk alami menambah kesuburan dan bertahan hingga setahun.
Sumari kerap menanam labu kuning skala besar di sawah dengan perhitungan mundur sebelum bulan Ramadan. Sebab labu kuning jadi alternatif bahan pembuatan kolak. Namun skala kecil ia menanam labu kuning setiap tanaman lama tidak produktif.
Labu kuning sebutnya memiliki daya simpan tinggi. Ia bahkan pernah menggantung labu kuning yang tua dengan sistem pengasapan. Melalui pengasapan ia bisa menyimpan cadangan benih hingga setahun.
Labu kuning untuk kebutuhan konsumi bisa disimpan dengan cara yang baik hingga tiga bulan. Agar bisa menjadi cadangan pangan, teknik penyimpanan yang baik membuat petani tidak pernah kekurangan bahan pangan.
Ngatinem sang istri menyebut labu kuning bulat, lonjong jadi bahan kuliner. Sebagai produk pertanian yang mudah dibudidayakan ia kerap mengolahnya menjadi donat, dodol dan bahan pangan variatif.