‘Situbondo Dream’ Bimbing Anak Desa Gemar Belajar
“Mendidik adalah kewajiban setiap yang terdidik. Setiap yang terlahir wajib terdidik. Kami menawarkan merdeka belajar, merdeka mengajar dan pendidikan berkeadilan,” kata Emilda.
Situbondo Dream yang digagas oleh putri pertama tiga bersaudara dari pasangan suami istri Parno dan Subaidah ini, sudah berjalan sejak dua tahun terakhir.
Kendala Dana
Memang tidak mudah untuk mengembangkan gagasannya itu, salah satunya ia mengakui ada kendala dana operasional. Awalnya, anak-anak bisa mengikuti bimbingan belajar dengan sukarela, karena operasional program itu membutuhkan dana, maka muncul ide melibatkan siswa agar membayar bimbingan belajar dengan cara menukar sampah anorganik.
Selain mengajari siswa peduli lingkungan, sampah anorganik itu bisa diolah kembali menjadi berbagai kerajinan. Untuk saat ini, sampah-sampah dari anak-anak itu hanya dijual ke bank sampah di Situbondo.
Seiring berjalannya waktu, “Situbondo Dream” terus berkembang. Dari semula hanya berdiri di desanya, kini sudah ada di desa lain dan kelurahan yang mengadopsi program itu. Selain di Kalibagor, “Situbondo Dream” juga mulai berjalan Desa Talkandang, Olean dan Kelurahan Kotakan.
Jumlah siswa yang ikut bimbingan belajar itu bervariasi, mulai dari 35 orang hingga 100 orang per kelompok.
Dengan gagasannya itu, Emilda kini masuk lima besar sebagai Pemuda Pelopor 2021 tingkat Provinsi Jawa Timur. Konsep pendidikan alternatif untuk mengurangi perilaku negatif anak-anak usia SD itu. Melalui ide kreatifnya itu, Emilda berpeluang menjadi Pemuda Pelopor Nasional 2021.
Selanjutnya agar gagasan Situbondo Dream terus berkembang, Emilda mulai menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo.