Minim Perhatian, Mangrove yang Ditanam di TPST Bantargebang Banyak Mati

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

BEKASI — Sejatinya tanaman mangrove biasa dikembangkan di air payau seperti muara, pantai atau air tawar, namun ternyata bisa hidup di daratan, seperti di gundukan sampah TPST Bantargebang. Tanaman digunakan sebagai penahan longsor dan penghijauan.

“Banyak tanaman mangrove mati di lokasi zona 1 TPST Bantargebang, karena kadar air yang ada terlalu panas dan karbonnya tinggi,” ujar Joko Soesilo, petani dan juga pegiat lingkungan di Kota Bekasi kepada Cendana News, Rabu (16/6/2021).

Dalam tiga bulan terakhir pegiat lingkungan melakukan penanaman mangrove di atas gundukan sampah tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Bantargebang, dan sebagian bisa hidup, terutama di lokasi zona tiga, karena memiliki kadar air yang sedikit normal.

Dikatakan, penanaman mangrove atau Bakau di gundukan sampah atau di darat memang belum lazim dilakukan. Adapun bibitnya selain dari balai pembibitan juga didapat dari wilayah pesisir Utara Kabupaten Bekasi di wilayah Muaragembong dan bisa hidup di darat.

Hasilnya mengejutkan, pohon mangrove tersebut bisa tumbuh, hanya mengandalkan air lindi dengan kadar sedikit normal, karena bercampur air yang dihasilkan dari tumpukan sampah itu sendiri.

Banyak pihak terlibat dalam penanaman mangrove tersebut, mulai dari lembaga lingkungan hidup, ormas dan lainnya. Setidak hampir 1.500 pohon mangrove yang telah ditanam secara bertahap di beberapa titik gundukan, semua dilakukan secara mandiri, swadaya tanpa campur tangan pemerintah.

“Sampai sekarang, belum ada perhatian pemerintah, baik dari DKI Jakarta sebagai tempat TPST,” papar Joko, menyebut penanaman dilakukan di dua titik zona lokasi TPST Bantargebang.

Lihat juga...