Mengurai Limbah Cair Perikanan dengan Bakteri Indigenous
Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Dari hasil pengujian, baru terbukti bahwa konsorsium bakteri yang ada memiliki fungsi sebagai bioremedian.
“Tak hanya itu, ternyata juga bisa menghasilkam enzim kitinase, proteinase, gelatinase dan lipase,” kata Devi.
Dari pengujian lapangan terkait nilai pH, kadar amonia, kadar nitrat dan nitrit, kadar sulfida, nilai BOD, nilai COD dan kekeruhan air, menunjukkan hasil di bawah ambang batas masing-masing standar, sesuai ketetapan regulasi.
“Dari sekitar 12 lokasi pengolahan ikan yang kita ambil airnya sebagai sampel, semuanya menunjukkan penurunan limbah secara signifikan. Kecuali di TPI Muara Angke Jakarta yang memang tingkat polutan organiknya sangat tinggi,” paparnya.
Konsorsium bakteri yang ditemukan ternyata belum mampu untuk mengurai secara optimal nitrit dan nitrat.
“Kemungkinan bakteri yang kita pilih bukanlah bakteri nitrifikasi. Karena itu, tidak berhasil mendegradasi nitrit dan nitrat secara optimal,” paparnya lagi.
Devi menyebutkan dengan adanya konsorsium bakteri ini, akan membuka potensi pembentukan konsorsium bakteri proteolitik dan lipolitik yang efektif dalam menguraikan limbah cair perikanan.
“Selain itu, akan terbuka peluang untuk menghasilkan strain bakteri baru yang berasal dari limbah cair industri perikanan, dan akan berpotensi menghasilkan alat pengolah limbah cair yang bisa digunakan oleh pengolah maupun masyarakat di sekitar industri perikanan,” pungkasnya.