Mengenal Batik Betawi yang Kaya Makna Filosofi
Editor: Koko Triarko
Selanjutnya, motif Jali-jali. Yakni, motif yang tercipta dari sejarah sederhana tentang jail-jali Jakarta.
Dalam sejarahnya, motif ini untuk mengenang, bahwa dahulu di Jakarta banyak sekali pohon jali-jali yang paling disukai anak-anak karena buahnya sering dijadikan kalung dan gelang. Bahkan, jali-jali juga diabadikan dalam sebuah lagu tradisional Betawi yang sangat menghibur.
Adapun Penari Ngaronjeng, ini motif menggambarkan seorang wanita yang sedang menari dengan pakaian bagus. Melalui motif ini kesenian tari Betawi dikenal warga Jakarta dan juga wisatawan mancanegara (wisman).
Begitu pula dengan motif Bertumpal atau Pucuk Rebung. Motif ini memiliki bentuk berupa jajaran segitiga yang saling berhadapan atau berlawanan.
“Motif tumpal ini merupakan motif dasar dalam seni membatik nusantara, yang aslinya mengambil dari bentuk gunung,” kata Yahya.
Motif tumpal ini kemudian bertransformasi menjadi gigi balang. Selain bisa ditemui dalam seni membatik, motif gigi balang juga ada dalam seni arsitektur Betawi.
Sedangkan motif Ciliwung mengambarkan kehidupan masyarakat di sungai Ciliwung. Motif ini berasal dari ide peradaban manusia di tepian Sungai Ciliwung, yang bermakna sebagai simbol rezeki yang terus mengalir.
Motif Rasamala, yakni motif ini dikaitkan dengan ketika Belanda pertama kali mendarat di daerah Sunda Kelapa pada abad ke-16.
Saat itu, Sunda Kelapa merupakan daerah hutan rawa liar yang ditutupi pohon rasamala. Orang Betawi menganggap pohon rasamala sebagai pohon yang keramat, dan wangi.
“Motif batik Betawi memiliki keunikan, unsur simbol-simbol yang identik kebudayaan Betawi. Contohnya, ya batik jali-jali, Ngaronjeng, lereng ondel-ondel, dan lainnya,” ungkapnya.