Jaga Kualitas, Strategi Sukses Bisnis Kuliner di Teluk Betung

Editor: Makmun Hidayat

Promosi dari mulut ke mulut terkait kualitas rasa kue tradisional efektif mendongkrak bisnis kulinernya. Pelanggan yang semula membeli dalam jumlah terbatas saat memiliki acara kerap membeli dalam jumlah banyak. Sejumlah pelanggan tetap bahkan memesan kue tradisional untuk pasokan ke kantor sebagai menu camilan pada hari tertentu.

“Resep usaha kuliner rasa harus dipertahankan dengan bahan berkualitas agar bisnis tetap berkelanjutan,” ulasnya.

Memperoleh untung tipis namun kontinu jadi strategi yang dipelajari dari sang ibu yang memulai usaha puluhan tahun silam. Rustanti menyebut persaingan usaha penjualan kuliner tradisional semakin ketat. Namun setiap konsumen akan memiliki selera soal rasa dari produk olahannya. Saat konsumen membeli dalam jumlah banyak ia pun tidak segan memberi potongan harga. Hasilnya pelanggan memperkenalkan produk ke pelanggan lain.

Pedagang kuliner otak otak bakar, Hermansah mengaku ia memakai bahan ikan giling kuniran dan tenggiri. Kedua jenis bahan baku yang diadon dengan tepung tapioka, penyedap rasa hasilkan otak otak bakar lezat. Dibakar memakai alat pemanggang, kemasan daun pisang rasa jadi resep baginya memiliki segmen pelanggan tetap. Soal harga, perbungkus otak otak bakar hanya dijual Rp1.000.

“Saya memanfaatkan peluang untuk mengolah ikan laut jadi kuliner tradisional meski harga murah tapi penjualan stabil dan kontinu,” ulasnya.

Menjaga kualitas rasa dengan takaran daging ikan yang tepat dan kualitas pemanggangan sekaligus jadi promosi. Setiap hari ia bisa menjual sekitar 300 hingga 500 otak otak bakar. Rasa yang lezat dengan cita rasa ikan yang khas membuat pelanggan tidak hanya warga lokal. Berjualan di pasar Gudang Lelang sebutnya sekaligus jadi langganan untuk warga yang akan membawa oleh oleh otak otak bakar.

Lihat juga...