Bubur Tujuh Rupa Khas Jawa di Semarang Banyak Disuka

Editor: Koko Triarko

Dipaparkan, dirinya menjadi salah satu pelanggan tetap bubur tujuh rupa, setidaknya seminggu sekali pasti beli. “Lokasi juga dekat dengan kantor, jadi biasanya sekalian mampir saat jam makan siang, atau pas keluar kantor,” terangnya.

Sementara, penjual bubur tujuh rupa, Bu Joko, mengaku sudah berjualan bubur sejak 2005 lalu. Dari awalnya jualan keliling hingga kemudian menetap di lokasi yang sekarang.

“Ya, dengan bubur tujuh rupa ini pembeli bisa memilih jenis bubur yang disukai, bisa mencoba satu-satu per jenis bubur, atau dicampur sehingga dikenal dengan nama bubur tujuh rupa,” terangnya.

Dipaparkan, untuk membuat bubur tersebut dirinya dibantu suami dan anaknya. Sementara, bahan baku dibelinya di pasar tradisional di Semarang, termasuk bahan untuk membuat bubur jewawut yang menjadi ciri khasnya.

“Cara membuatnya juga mudah, siapkan biji jewawut, cuci sampai bersih. Kemudian dimasak atau direbus hingga biji pecah atau lunak. Kemudian masukkan gula pasir dan gula merah, biarkan larut. Aduk-aduk terus sampai tercampur. Lalu, beri larutan tepung kanji, agar bubur lebih kental. Cek rasanya, kalau sudah manis dan lembut, berarti bubur sudah siap dimakan,” terangnya.

Bagi yang penasaran lezatnya bubur tujuh rupa, tidak ada salahnya mencoba. Sebaiknya datang sebelum pukul 16.00 WIB , karena biasanya bubur sudah habis.

“Meski ada penggemarnya masing-masing, namun yang paling banyak dibeli, ya bubur sumsum dan jewawut, kalau jual per jenis bubur. Namun, rata-rata pembeli memilih bubur tujuh rupa, jadi bisa merasakan seluruh jenis,” tambah Rama, anak Bu Joko, yang ikut membantu berjualan.

Lihat juga...