Skenario PKI Karantina Presiden Soekarno, Penyebaran Komunike, dan Misi Soepardjo

Berdasarkan muatannya, Komunike merupakan maklumat politik kehadiran rezim baru pemerintah Indonesia yang kelahirannya dimulai melalui penangkapan para jenderal dalam peristiwa G30S. Adanya kejanggalan itu menjadikan upaya justifikasi gerakan, seperti halnya isi Komunike yang menyatakan gerakan ini merupakan masalah internal AD, menjadi gugur atau terlihat jelas dibuat-buat.

Bagi pimpinan G30S, Komunike 30 September diharapkan menjadi informasi adanya “letusan tembakan pertama komandan gerakan” agar gerakan serupa diikuti dan direplikasi di daerahnya masing-masing. Sesuai instruksi Sjam kepada BCD, masing-masing daerah diminta mengikuti instruksi melalui RRI untuk kemudian segera mengaplikasikan gerakan di wilayah kerjanya.

Fase Misi Soepardjo dan Manuver Presiden

Kedatangan Presiden di Komando Operasi PAU Halim dan tidak di rumah Susanto, tetap dimanfaatkan pimpinan G30S/PKI untuk dieksploitasi melalui dua skenario. Pertama, secara eksternal ia akan dikesankan, melalui saluran-saluran publikasi, berada dalam lindungan G30S dan memberikan dukungan sepenuhnya atau merestui agenda-agendanya. Untuk menghindari kecurigaan, akses informasi kepada Presiden dilokalisir sedemikian rupa sehingga para loyalis Presiden tidak akan mudah mencermati apa yang sebenarnya terjadi. Kedua, secara internal, Presiden akan dipaksa menyetujui agenda-agenda G30S, termasuk pelengseran dirinya. Apabila menolak, setidaknya Presiden tidak bisa lagi secara leluasa menggerakkan loyalisnya untuk menghambat agenda-agenda G30S.

Untuk misi ini, pukul 10.00 WIB., tanggal 1 Oktober 1965, pimpinan G30S mengirim kembali Soepardjo menghadap Presiden di Komando Operasi untuk melapor bahwa Dewan Jenderal yang akan melakukan coup telah diamankan oleh gerakan yang dipimpin Letkol Untung. Setelah memperoleh laporan, selain mengomentari lolosnya Jenderal Nasution sebagai “hal biasa dalam revolusi”, Presiden menanyakan aspek legalitas gerakan, berupa bukti-bukti rencana coup Dewan Jenderal. Pada titik ini Soepardjo kehilangan pijakan argumentasi dan berusaha menyelamatkan misinya dengan mengatakan laporan lengkap akan diberikan Letkol Untung.

Lihat juga...