Skenario PKI Karantina Presiden Soekarno, Penyebaran Komunike, dan Misi Soepardjo

G30S/PKI merupakan satu kesatuan gerakan operasi militer dan politik. Operasi militer dilakukan PKI melalui sayap militer binaannya, dengan menculik atau membunuh elit pimpinan TNI AD untuk digantikan dengan perwira militer pro PKI. Sedangkan gerakan politik dilakukan dengan mendemisionerkan Presiden dan Kabinet Dwikora untuk digantikan Dewan Revolusi sebagai transisi menuju pemerintahan Komunis di Indonesia.

Gerakan politik dalam peristiwa G30S/PKI dilakukan dalam skenario: (1) Karantina Presiden Soekarno; (2) Penyebarluasan Komunike 30 September; (3) Misi Soepardjo dan Manuver Presiden, (4) Dekrit Dewan Revolusi: Manuver Aidit Mendahului Presiden; (5) Aidit Mengakomodasi Presiden Soekarno sebagai Penguasa Simbolik (pukul 13.00 WIB); (6) Blunder Aidit: Menampar Uluran Tangan Presiden (pukul 14.00 WIB); (7) Manuver Presiden: Perangkap Perintah Harian; (8) Aidit Berusaha Merebut Presiden Soekarno dari Mayjen Soeharto.

Fase Karantina Presiden Soekarno

Terbunuhnya para jenderal, diasumsikan oleh elit PKI akan menjadikan TNI AD mengalami kelumpuhan dan tinggal menyisakan superioritas Presiden, yang sebelumnya telah diopinikan akan meninggal atau mengalami kelumpuhan permanen, menjadi satu-satunya batu sandungan politik. Untuk mengelabui para loyalisnya, Presiden Soekarno perlu dikelola menjadi pendukung G30S/PKI, sebagaimana sebelumnya telah disabotase kharismanya untuk mendukung operasi militer pembersihan para jenderal, dan kemudian menyingkirkannya. Skenario ini dilakukan dengan mengirim Soepardjo menjemput paksa Presiden pada pukul 06.00, sesaat setelah diketahui secara pasti para jenderal terbunuh, untuk dipisahkan dari para pengawalnya dan kemudian disandera di rumah Komodor Susanto, kawasan Halim.

Lihat juga...