Kelestarian Sungai Lamsel Dukung Pasokan Buah Jelang Ramadan

Editor: Makmun Hidayat

“Pemanfaatan siklus air saat penghujan dan kemarau sekaligus melestarikan sungai membantu pertanian berkesinambungan,” beber Sarinem.

Petani penanam timun suri dan timun biasa memanfaatkan sistem kocor bersumber dari Sungai Way Pisang, Lampung Selatan, Rabu (7/4/2021). -Foto Hnek Widi

Lahan sawah saat masa tanam ketiga dengan curah hujan rendah, kurang air digunakan untuk menanam timun suri. Masa tanam hingga panen selama 60-70 hari membuat jadwal penanaman menyesuaikan waktu ramadan. Jadwal panen untuk pekan pertama ramadan telah ditanam sejak bulan Maret silam. Hasilnya sebagian tanaman bisa dipanen sebelum ramadan dengan harga jual Rp3.000 per kilogram.

Selain menanam timun suri, Sarinem mengaku membudidayakan cabai caplak dan cabai rawit. Permintaan cabai yang meningkat jelang ramadan sebutnya jadi berkah bagi petani. Pengaturan pemanfaatan sungai yang menjadi sumber irigasi menurutnya tetap dilakukan dengan bijak. Langkah yang dilakukan dengan tidak membuang limbah pertanian ke sungai.

“Masih ada petani yang ingin praktis dan cepat membersihkan lahan dengan membuang limbah pertanian ke sungai, padahal berdampak sedimentasi,” bebernya.

Menjaga kelestarian sungai oleh petani sebut Sarinem bisa dilakukan dengan membuat lubang. Lubang pembuangan limbah sulur, daun hingga buah yang busuk bisa berpotensi menjadi pupuk kompos. Pembuangan limbah ke sungai sebutnya berpotensi mencemari air sekaligus mempercepat proses pendangkalan.

Masduki, pedagang buah segar di Pasar Bakauheni, menyebut sungai topang pasokan buah dan sayuran. Sejumlah petani yang berada di dekat sungai meski kemarau masih tetap bisa produktif. Buah jenis melon, semangka dan jeruk sebagian diperoleh dari petani di Lamsel. Jelang puasa ia menyebut pasokan buah tetap terjaga. Buah melon, semangka dijual Rp8.000 per kilogram dan jeruk Rp10.000 per kilogram.

Lihat juga...