Warisan Budaya Batik, Tradisi Leluhur yang Harus Dijaga

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Aktivitas menjemur kain mori yang telah selesai dilakukan proses perebusan menjadi aktivitas  Lena Agusrini.

Warga Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung itu mengaku, sedang menyiapkan proses membatik. Membatik sebutnya dilakukan sejak beberapa tahun silam untuk mewarisi tradisi leluhurnya, asal Yogyakarta.

Bahan kain mori untuk pembuatan batik dijemur usai proses perendaman dilakukan Lena Agusrini pemilik galeri Biiqa Batik Lampung, Minggu (21/3/2021) – Foto: Henk Widi

Bukan tanpa alasan Lena Agusrini membatik. Sebagai salah satu guru di sebuah lembaga pendidikan, ia menyebut aktivitas membatik memiliki nilai edukatif bagi anak anak.

Sebagai kegiatan menciptakan karya seni dalam bentuk batik ia memakai bahan kain mori, sutra. Kecintannya pada batik melahirkan sejumlah karya yang cukup unik dengan motif beragam.

Tren mencintai batik sebut Lena Agusrini dilakukan setelah warisan budaya dunia itu diakui dunia. Ia menyebut sejak 2 Oktober 2009 organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

“Setiap tanggal 2 Oktober jadi hari batik Nasional dan kini pada lembaga pemerintahan, kantor penggunaan batik diwajibkan pada hari tertentu. Sementara kebutuhan batik meningkat sebagian besar didatangkan dari pulau Jawa, namun sebetulnya Lampung juga memiliki banyak variasi batik dengan kombinasi tapis,” terang Lena Agusrini saat ditemui Cendana News, Minggu (21/3/2021).

Lihat juga...