Seperti Ini Berbagai Upaya Atasi Banjir di Kota Semarang

Editor: Koko Triarko

SEMARANG – Topografi Kota Semarang terbagi menjadi tiga kawasan, yakni coastal area dengan jarak 0-1 km dari bibir pantai, kawasan bawah berjarak 2-6 km dan kawasan atas. Dalam wilayah coastal area, dalam satu hari permukaan air pasang terjadi dua kali, yakni pada pukul 17.00-18. 00 WIB dan pukul 01.00 WIB.

“Keberadaan kolam retensi, bendungan hingga rumah pompa, menjadi upaya dalam pengendali banjir dan rob di wilayah Kota Semarang. Ketiga upaya ini kita kombinasikan, agar mampu mengatasi persoalan yang ada. Apalagi, muka air laut cukup tinggi hingga menyebabkan banjir rob,” papar Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, M. Adek Rizaldi, saat dihubungi di Semarang, Rabu (17/3/2021).

Ketua Forum DAS Jateng, sekaligus guru besar bidang Ilmu Teknik Sipil Hidro Undip, Prof. Dr. Ir. Sriyana, saat dihubungi di Semarang, Rabu (17/3/2021). –Foto: Arixc Ardana

Meski demikian, pihaknya mengakui jika keberadaan rumah pompa yang ada di Kali Tenggang dan Sringin, belum menjawab permasalahan banjir yang masih terjadi di wilayah Genuk dan Kaligawe, Semarang.

“Penanganan jangka panjang dan permanen harus diatasi dengan tanggul laut, yang mudah-mudahan akan mulai dibangun pada 2021 ini. Nantinya, saat tanggul laut dibangun, pompa di kali Tenggang dan Sringin akan kita pindahkan ke kolam retensi, baru dibuang ke laut,” terangnya.

Di kawasan Genuk, juga ada kolam retensi Banjardowo, sehingga saat hujan deras, air bisa masuk ke kolam retensi, baru kemudian dialirkan ke sungai Babon di wilayah tersebut.

“Jadi intinya, air didistribusikan debitnya, agar tidak memenuhi sungai Sringin ke kolam retensi, baru kemudian kita bagikan atau dialirkan ke sungai atau kali Babon. Selain itu juga ada kolam retensi Muktiharjo hingga Kaligawe,” tandasnya.

Lihat juga...