Perubahan Iklim tak Hanya Soal Lingkungan
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Dalam satu dekade terakhir, intensitas bencana hidrometeorologi di Indonesia mengalami peningkatan. Environmental Economist dan Co-Founder Think Policy Society, Andhyta F. Utami, menilai sebagai negara kepulauan sekaligus kontributor emisi global, Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat rentan tertimpa bencana.
“Kerentanan tersebut dapat dilihat dari tiga aspek, yakni potensi kenaikan permukaan air laut, banjir, dan kekeringan,” kata Andhyta dalam webinar bertajuk Menciptakan Keseimbangan Ekonomi dan Lingkungan, Rabu (17/3/2021).
Kenaikan permukaan laut, kata Andhyta, akan berdampak pada 42 juta penduduk Indonesia yang tinggal di kota pinggir laut dan pesisir. Sementara, banjir permanen juga berdampak pada 4 juta orang di 2070-2100 dan 1.500 pulau berpotensi tenggelam di 2050.

“Dari sisi kekeringan, frekuensi El Nino menjadi dobel dan ini akan berdampak pada pertanian dan keberadaan air,” tandasnya.
Sementata itu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga telah memproyeksikan, bahwa Indonesia di masa depan hingga 2045 akan mengalami cuaca ekstrem, baik basah maupun kering. Kondisi ini juga akan berimplikasi ke sektor ekonomi.
Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Medrilzam, menuturkan isu perubahan iklim bukan hanya isu lingkungan. Tetapi, persoalan pembangunan yang berdampak pada sektor keuangan, ekonomi, pembiayaan dan sebagainya.