Rentan Gangguan Psikologis Saat PJJ, Pemakaian Gawai Dibatasi
Editor: Makmun Hidayat
Memiliki anak yang duduk di kelas 8 SMP itu panggilan video call, menonton video Youtube berimbas kuota amblas. Solusi dari sekolah bahkan telah dilakukan dengan koordinasi bersama sekolah. Siswa dipanggil ke sekolah untuk mengerjakan tugas yang belum diselesaikan. Beban psikis bertumpuk dengan beban orangtua yang harus menyelesaikan pekerjaan.
“Dibanding belajar sistem PJJ saya memilih untuk PTM karena lebih efektif, namun kendala pandemi Covid-19 belum memperbolehkan belajar langsung,” cetusnya.
Nory bilang sesuai advice atau nasihat dari guru BK sistem jadwal bahkan telah dilakukan. Pengaturan jadwal tersebut dilakukan agar ada keseimbangan antara tugas di rumah, mengerjakan tugas. Sebab sesuai estimasi waktu sejumlah tugas dari guru bisa dikerjakan dalam waktu tertentu. Sisanya gawai harus disimpan hindari anak kecanduan gawai. Ia juga harus mengatur emosi untuk mengurangi beban psikologis.
Ezranda, salah satu siswa kelas 8 SMP negeri menyebut tugas dikirim guru memakai aplikasi. Setelah mengerjakan tugas ia kerap memilih mempergunakan waktu bermain media sosial. Namun pembatasan pemakaian gawai membuat ia bisa mengatur waktu. Setiap hari ia hanya dibatasi memakai gawai untuk kegiatan belajar PJJ.
“Sosialisasi dengan kawan hanya memakai gawai jadi untuk hiburan saja karena bosan di rumah terus,” ungkapnya.
Peran orangtua dalam mengatasi beban psikologis kebosanan diakui Herman. Ia menyadari rasa bosan anak anak sehingga sering mengajak anak bermain di luar. Setelah pekerjaan sekolah dengan sistem PJJ diselesaikan mengajak anak bermain di taman jadi solusi. Menerapkan protokol kesehatan kegiatan luar ruangan memberi kesempatan anak bersosialisasi. Cara itu sekaligus kurangi anak bermain gawai.