Rehabilitasi Terpadu dan Partisipatif Dukung Kelestarian Mangrove

Editor: Koko Triarko

“Korelasi antara rehabilitasi mangrove dan budi daya perikanan, cukup erat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan pola kolaborasi. Peran terpadu dan partisipatif melibatkan unsur Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) dan petambak. Rehabilitasi mangrove dilakukan dengan penerapan silvofishery,” katanya.

Penerapan silvofishery bertujuan mempertahankan perikanan berkelanjutan dan kehutanan. Sabuk alami mangrove di pesisir Timur Lampung Selatan, menjadi daya dukung tambak ikan bandeng, udang vaname.

Mendapat dukungan terpadu dari Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan, pemeliharaan mangrove dilakukan dengan konsep cluster tambak. Cluster tambak dilakukan di pantai Desa Berundung, Kecamatan Ketapang.

“Pelibatan unsur masyarakat dalam menjaga vegetasi mangrove dilakukan berkesinambungan, tidak hanya saat penanaman bibit, tapi hingga perawatan,”cetusnya.

Rehabilitasi mangrove terpadu, sebut Idi Bantara, dilakukan berkoordinasi dengan instansi terkait. Dalam jangka lima tahun terakhir, kepedulian instansi dan masyarakat melestarikan mangrove meningkat. Hal itu terlihat dengan adanya program penghijauan pesisir pantai memakai mangrove. Upaya tersebut diakuinya harus diimbangi dengan peran partisipatif masyarakat. Caranya dengan menjaga dan melakukan penyulaman bibit yang mati.

Rehabilitasi mangrove secara terpadu juga berperan untuk pencegahan bencana alam. Hasran Hadi, ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Lamsel, melakukan penanaman 1000 pohon mangrove. Kegiatan di Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo pada Sabtu (13/3),  dilakukan di pantai Cukuh Perak, pantai Muara Indah. Konsep terpadu dan partisipatif dilakukan untuk mencegah abrasi.

Lihat juga...