Pengamat Ekonomi : Impor Beras Tidak Bijak, Rugikan Petani
JAKARTA — Direktur eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menilai keputusan pemerintah untuk impor beras sebanyak 1 juta ton sangat tidak bijak.

Kebijakan tersebut menurutnya, akan menghancurkan kondisi harga gabah di tingkat petani dalam upaya peningkatan kesejahteraannya. Terlebih pertengahan Maret 2021 hingga April mendatang, para petani menghadapi musim panen raya.
“Impor beras sangat tidak bijak, Maret dan April 2021 ini petani panen raya diperkirakan hasilnya meningkat. Bahkan sektor pertanian tetap tumbuh di tengah pandemi Covid-19, dibanding sektor lainnya,” ujar Tauhid, kepada Cendana News saat dihubungi Senin (22/3/2021).
Dia memprediksi masa panen petani pada bulan Maret ini mencapai 8,7 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan pada April berada di angka 8,59 juta ton GKG.
Bahkan mengacu pada kebutuhan beras nasional tahun 2021 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan mencapai 31-32 juta ton dengan produksi dalam negeri sebesar 30 juta ton.
Angka ini menurutnya, masih ditambah dengan sisa stok beras bulan Desember 2020 sebanyak 6 juta ton. Sehingga kata dia, ketersediaan beras nasional diperkirakan mencapai 36 juta ton.
“Kalau pemerintah tetap impor beras, ya kebijakan ini merugikan harga beras di petani karena kan panennya masih bagus.Impor beras itu akan lebih baik kalau kebutuhan beras kita tidak cukup. Data BPS, kesediaan beras masih cukup,” tukas Tauhid Ahmad yang merupakan pengamat ekonomi.