Musim Hujan, Petani Lamsel Budi Daya Padi Tahan Rebah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Musim tanam padi musim penghujan atau rendengan kerap identik dengan banjir. Saat hujan disertai angin kencang sejumlah varietas padi yang ditanam berpotensi roboh. Sebagai antisipasi petani memilih varietas padi tahan rebah, tahan genangan air.

Ngadiyo, petani di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) memilih padi rumpun pendek.

Varietas padi rumpun pendek yang ditanam sebagian petani jenis IR64, Inpari 30 dan Ciherang. Varietas padi yang ditanam sebutnya merupakan hasil benih dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Pemakaian varietas sesuai masa tanam telah diterapkan sejak belasan tahun silam. Selain tahan rendaman, rebah, petani juga pilih varietas tahan hama.

Pilihan padi tahan rebah sebut Ngadiyo ditanam oleh petani imbas pengalaman merugi. Varietas Inpari 30 sebutnya menjadi alternatif dengan bibit dua kampil (10 kilogram).

Lokasi sawah yang berada di dekat aliran air sebutnya sekaligus berpotensi kelebihan cadangan air atau banjir. Rumpun yang pendek sekitar 100 cm sebutnya bisa dipanen saat usia 100 hingga 120 hari.

“Kendala yang kerap dihadapi petani kala musim tanam rendengan berupa perubahan cuaca dominan angin kencang akibatkan tanaman padi roboh. Selain itu curah hujan tinggi bisa akibatkan genangan pada petak sawah sehingga dibutuhkan varietas tahan rebah dan genangan,” cetus Ngadiyo saat ditemui Cendana News, Senin (15/3/2021).

Varietas padi tahan rebah dan genangan sebut Ngadiyo bukan tanpa kendala. Sebab potensi organisme pengganggu tanaman (OPT) masih kerap menyerang.

Saat penghujan hama dengan populasi yang berpotensi merugikan berupa ulat daun, penggerek batang dan tikus. Selain hama itu sejumlah hama lain diantisipasi dengan bahan kimia kontak dan mekanis.

Lihat juga...