Infrastruktur Pertanian Era Presiden Soeharto Sokong Swasembada Beras di Palas-Sragi

Editor: Koko Triarko

“Petani juga menerapkan pola penyimpanan dengan lumbung yang digencarkan pada era Presiden Soeharto, menjaga ketersediaan beras,” tuturnya.

Hendi menyebut, infrastruktur pendukung pertanian menjadi kunci untuk menjaga swasembada beras. Beberapa faktor kurangnya pasokan beras imbas sejumlah wilayah terkendala lahan pertanian kekurangan air. Berkat adanya saluran irigasi zaman Pak Harto, ia mengaku bisa memenuhi kebutuhan beras.

“Impor beras yang dilakukan pemerintah tidak akan mempengaruhi petani,” kata Hendi.

Hendi mengatakan lagi, bahwa serapan gabah yang rendah kerap terjadi saat masa tanam penghujan. Sebab, kualitas GKP kerap memiliki kadar air yang tinggi. Namun dengan sistem penyimpanan serta pengeringan memakai alat pengering, petani bisa meningkatkan kualitas GKG.

“Selain modal infrastruktur irigasi, petani melakukan modernisasi pada alat pengolahan, penanaman hingga panen,” katanya.

Petani lain di desa Palas Jaya, Sukmanto, juga menyebut proyek Presiden Soeharto di sektor pertanian masih dirasakan petani. Namun, ia menyayangkan sejumlah fasilitas mengalami kerusakan dengan terjadinya penyempitan saluran dan sedimentasi. Faktor kurangnya pemeliharaan dan aktivitas membuang sampah berimbas sedimentasi sungai. Dampaknya, tumbuhan enceng gondok tumbuh.

“Peninggalan zaman Pak Soeharto sebagian besar menjadi penopang irigasi pertanian, jadi saat ini tinggal merawat atau bahkan memperbaiki pada titik yang rusak,”cetusnya.

Sukmanto bilang, ia masih tetap bisa mendapat hasil panen sebanyak 4 ton di lahan setengah hektare. Saat panen masa tanam pertama (MT1), hasil GKP akan disimpan dan sebagian dijual. Sebagian hasil panen petani dibeli pengepul untuk dikirim ke Jawa. Meski pernah dilakukan pelarangan, namun petani memilih menjual ke pengepul yang sekaligus ikut memberi modal.

Lihat juga...