DLH Kota Semarang Manfaatkan Maggot Urai Sampah Organik
Editor: Koko Triarko
“Budi daya maggot ini sudah dikenalkan sekitar setahun lalu. Berbeda dengan jenis lalat lainnya yang kerap menyebarkan penyakit, BSF ini dikembangbiakkan sebagai sumber protein, untuk pakan ikan dan ternak,” papar, Kepala UPT TPA Jatibarang, Wahyu Heryawan, saat dihubungi secara terpisah.
Dipaparkan, masa hidup larva BSF antara 7 – 14 hari, dengan sekali bertelur lalat BSF akan menghasilkan hingga 800 telur. Telur tersebut akan menetas pada 3 – 4 hari.
Maggot tersebut akan bertahan sekitar 21 hari, sebelum berubah menjadi prepupa dan menuju fase kepompong, untuk kemudian berubah menjadi lalat dewasa. Selain bisa menjadi pengurai limbah organik, maggot bisa juga menjadi pakan ternak, unggas dan ikan karena punya kandungan protein tinggi.
“Jadi maggot ini bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dengan dicampur pur atau dedak, selama 21 hari atau 15 hari jika dimulai dari umur 6 hari,” tandasnya.
Pihaknya pun mendorong agar budi daya maggot ini bisa dikembangkan di Kota Semarang dan sekitarnya, sebagai upaya mengurangi limbah atau sampah organik, khususnya di tingkat rumah tangga.
“Kita sudah kerap melakukan sosialisasi atau pelatihan bagi masyarakat atau kelompok tani dan peternak yang ingin memanfaatkan maggot ini. Tujuannya tentu dengan makin banyak budi daya maggot, sampah pun bisa makin dikurangi,” tandas Wahyu.
Tidak hanya itu, maggot atau larva BSF tersebut juga bisa dikembangkan menjadi usaha yang menjanjikan, sebagai alternatif pakan untuk ternak unggas dan perikanan.