Prediksi Ir. Sutami 40 Tahun Lalu, Pulau Jawa Tenggelam
Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Keseriusan Presiden Soeharto dalam merespons prediksi ilmuwan Ir. Sutami ditunjukkan pula dengan merekrut teknokrat Prof. Soebroto untuk memimpin Departemen Transmigrasi, sebelum dipegang oleh Pak Martono, Ketua HKTI waktu itu,” ujar Mukrom As’ad.
Penunjukan Martono menjadi Ketua HKTI, saat itu untuk sinkronisasi program transmigrasi dengan kehidupan petani. Hingga Martono, waktu menjadi Menteri Transmigrasi juga menggalakkan transmigrasi secara besar-besaran guna mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa. Agar mencapai keseimbangan antara jumlah penduduk dan lahan yang tersedia. Manusia pun tidak merambah daerah aliran sungai, menjadikan hutan bakau sebagai tempat tinggal dan juga lainnya.
“Jika penduduk tidak seimbang dengan lahan yang tersedia, terlalu banyak dibanding lahan yang tersedia, maka di tempat yang tidak boleh didiami oleh manusia, akhirnya didiami oleh manusia. Maka, terjadilah masalah. Seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mestinya dikosongkan dari hunian. Tapi, karena kepadatan penduduk, ada yang tinggal di daerah aliran sungai,” jelasnya.
Disamping itu, karena manusia terlalu banyak dibanding luas lahan, maka mereka tinggal di lereng bukit. Akhirnya timbul masalah longsor. Karena manusia terlalu banyak tinggal di pantai, akhirnya mereka merusak hutan bakau, yang merupakan penahan air laut agar tidak timbul masalah misalnya banjir rob seperti sekarang.
Menurutnya, terutama di wilayah utara pulau Jawa, timbullah banjir di daerah yang tidak pernah banjir sebelumnya, seperti di Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, sampai ke Semarang.
Dulu tidak pernah terjadi banjir. Saat ini, kemungkinan karena hutan bakau tidak ada lagi, maka terjadi banjir rob air laut, yang bertemu air sungai di daerah aliran sungai yang sudah sempit.