Gulai Taboh dan Seruit, Kuliner Khas Lampung yang Bernilai Kebersamaan

Editor: Mahadeva

Ikan gabus asap diolah bersama dengan terong dan sayur mayur yang diolah menjadi gulai taboh oleh Marniati, warga Braja Selebah, Lampung Timur, Sabtu (20/2/2021) – Foto Henk Widi

LAMPUNG – Setiap daerah, memiliki kekayaan tradisi kuliner khas. Termasuk juga Lampung yang memiliki menu kuliner gulai taboh. Sebagai warisan budaya tak benda dalam wujud kuliner, gulai taboh dan seruit, ternyata menyimpan nilai falsafah kebersamaan dan kekeluargaan. 

Dr.Eng. Admi Syarif, pengamat budaya Lampung menyebut, gulai taboh dan seruit cukup dikenal sebagai makanan tradisional. Bahan baku untuk membuatnya mudah diperoleh, menyesuaikan tempat kuliner tersebut dibuat.

Memanfaatkan hasil pertanian, bahan gulai taboh diperoleh dari hasil kebun. Wilayah agraris menghasilkan labu, terung, jamur, jagung muda. Dikombinasikan dengan hasil tangkapan sungai dari ikan air tawar. Masyarakat Lampung disebut Admi Syarif, dikenal dari Pepadun dan Pesisir. Kearifan lokal masyarakat Pepadun yang tinggal di wilayah dekat daratan dan sungai, mereka hidup dari hasil pertanian dan kekayaan di dalam sungai.

Sebaliknya, masyarakat pesisir memanfaatkan olahan kuliner dari laut. Keberagaman tersebut ikut mendukung terciptanya olahan kuliner gulai taboh dan seruit. “Gulai taboh merupakan kuliner seperti lodeh yang juga ada pada olahan kuliner di Indonesia, namun di Lampung ada ciri khas ditambahi dengan ikan gabus, ikan baung asap. Dan yang dari pesisir bisa dibuat dari ikan laut, sehingga menambah kekayaan cita rasa kuliner asal Lampung,” ungkap Dr. Eng. Admi Syarif, dalam Festival Kuliner Nusantara Lampung, yang digelar secara virtual, Sabtu (20/2/2021).

Suasana Pembukaan Festival Kuliner Nusantara, yang dihadiri Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim (kiri), sekaligus ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI Wilayah Lampung)  Sabtu (20/2/2021) – foto Henk Widi
Lihat juga...