Cina Undang Uni Eropa Berkunjung ke Xinjiang
BEIJING – Pemerintah Cina untuk kesekian kalinya mengundang utusan Uni Eropa (EU) untuk mengunjungi Daerah Otonomi Xinjiang, agar bisa melihat langsung situasi di wilayah yang paling banyak dihuni etnis minoritas Uighur itu.
“Pintu Xinjiang selalu terbuka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina (MFA), Wang Wenbin, dalam pengarahan media di Beijing.
Bahkan, dia menyatakan, sejauh ini sudah ada 1.200 dari kalangan diplomat asing, pengurus organisasi internasional, jurnalis, dan tokoh keagamaan yang berasal dari 100 negara telah melakukan kunjungan ke Cina dalam beberapa tahun terakhir.
“Mereka semua sependapat dengan apa yang dilihat dan dialami selama memasuki wilayah tersebut,” ujar Wang.
Pihak Cina, lanjut dia, selalu menunjukkan iktikad baik dan fleksibel dalam memenuhi permintaan kunjungan asing ke Xinjiang.
Sebelumnya, Duta Besar Cina untuk Jerman, Wu Ken, mengaku telah mengirimkan undangan kepada perwakilan EU untuk mengunjungi Xinjiang. Namun, undangan tersebut belum mendapatkan tanggapan.
Menurut Wang, pihak EU meminta bertemu para terpidana yang melakukan serangkaian tindakan terorisme.
“Hal ini mengesankan, bahwa mereka tidak tertarik mengunjungi Xinjiang, kecuali semua permintaan mereka dipenuhi,” ujarnya.
Cina menganggap permintaan tersebut sama halnya dengan mengabaikan mencampuri kedaulatan hukum Cina, sehingga Wang kembali menyatakan, bahwa undangan tersebut berdasarkan ketulusan.
Cina bersikukuh, bahwa undangan tersebut bersifat kunjungan, bukan misi mencari fakta dengan tuduhan pelanggaran HAM.
Sebelumnya, parlemen Belanda menyampaikan mosi, bahwa Cina telah melakukan tindakan genosida terhadap etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. Mosi itu merupakan yang pertama kali dikeluarkan di salah satu negara anggota EU.