Petani Pahlawan Pangan tak Kenal WFH

Ia menggambarkan tentang tidak terpengaruhnya sektor pertanian oleh wabah virus corona, karena pendapatannya tidak berpengaruh COVID-19.

Pendapatan buruh tani yang diperoleh dari sistem bagi hasil dengan pemilik sawah ini hanya berpengaruh saat hasil panen minim dan harga gabah kering panen anjlok.

Kelangkaan Pupuk yang Mengganggu Petani

Sektor pertanian memang tak terganggu dengan COVID-19, tapi terganggu saat terjadi kelangkaan pupuk. Karena itu petani berharap pemerintah menjamin ketersediaan pupuk yang dibutuhkan petani.

Seperti yang terjadi pada September-Oktober 2020 lalu, para petani di wilayah Jawa Barat termasuk Karawang, menjerit saat pupuk langka.

Mereka menjerit karena kelangkaan pupuk bisa mempengaruhi tanaman padi mereka. Selain itu juga berpengaruh terhadap tingginya ongkos produksi.

Mahdi, seorang petani di Kecamatan Pedes mengaku harus merogoh kocek lebih untuk mendapatkan pupuk saat kondisi pupuk mengalami kelangkaan pada September-Oktober lalu.

Kondisi itu terjadi karena saat pupuk langka, ia harus mencari pupuk di daerah lain dengan harga pupuk yang cukup tinggi.

Kepala Dinas Pertanian Karawang, Hanafi, mengakui kalau sektor pertanian tidak terganggu saat pandemi COVID-19, termasuk capaian produksi padi sepanjang tahun 2020, sama sekali tak terganggu dengan virus corona.

Produksi padi di Karawang saat pandemi COVID-19 atau saat sebelum COVID-19 tetap sama, rata-rata mencapai 6-7 ton gabah kering panen per hektare.

Program percepatan tanam pada tahun lalu juga berjalan lancar, meski berada di tengah pandemi.

Perlu Ada Stimulus untuk Petani dan Buruh Tani

Para petani sudah berjuang untuk mewujudkan ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19. Mereka tak berhenti turun ke sawah saat orang kantoran libur akibat pandemi virus corona.

Lihat juga...