Penjualan Singkong di Rangkasbitung, Meningkat

LEBAK – Pendapatan pedagang singkong atau ubi kayu di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, meningkat hingga dua kali, menyusul tingginya permintaan konsumen terhadap ubi kayu.

“Biasanya terjual hanya dua ton, namun kini bisa mencapai empat ton dengan harga Rp3.000 per kilogram. Jika empat ton terjual habis, maka pendapatan bisa mencapai Rp12 juta per hari, sebelumnya sekitar Rp6 juta per hari,” kata Akmad (55), seorang pedagang singkong di Pasar Rangkasbitung, Minggu (31/1/2021).

Menurut Akhmad, tingginya permintaan ubi kayu karena merupakan makanan alternatif menu makanan keluarga dari ketergantungan nasi, terlebih ubi kayu memiliki kandungan zat karbohidrat cukup tinggi.

Selain itu, karena saat ini musim penghujan,  singkong banyak dijadikan penganan keluarga, seperti ketimus, getuk, combro, misro, singkong goreng, rebus, bahan campuran bolu dan lainnya.

Permintaan juga meningkat dari pelanggan tetap para perajin Usaha Kecil Menengah (UKM), untuk produksi keripik singkong, tapai singkong dan kue balok meningkat.

Heri (45), seorang pedagang singkong mengaku sejak musim hujan permintaan konsumen meningkat, sehingga berdampak terhadap pendapatan. Biasanya, dirinya berjualan singkong sebanyak satu ton dan kini habis dua ton per hari.

Dengan demikian, pihaknya bisa membawa uang ke rumah Rp6 juta dari sebelumnya Rp3 juta/hari.

“Kami mendatangkan singkong itu dari petani lokal dengan harga Rp2.000/Kg dan dijual Rp3.000/Kg,” katanya, menjelaskan.

Ayub (55), seorang petani Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, mengatakan di tengah pandemi Covid-19 kini bisa meraup keuntungan Rp30 juta/hektare, dengan produksi rata-rata 15 ton/hektare dengan harga Rp2.000/kilogram.

Lihat juga...