Pengelolaan Sampah Kunci Pariwisata Berkelanjutan
Sampah yang telah sampai di SEKOLA, dipilah secara rinci lalu dibagi menjadi 3 jenis, yaitu anorganik, organik dan residu. Tak hanya pemilahan, SEKOLA juga menghasilkan beberapa produk dari pengolahan sampah, yaitu pupuk kompos dan pot sabut kelapa.
Fasilitas SEKOLA itu hingga akhir 2020 telah mampu mengelola total 284,4 ton sampah dengan rata-rata 20,8 ton sampah dikelola per bulannya.
“Kita upayakan setiap tahun terus dilakukan peningkatan kinerja,” katanya.
Menurut Siti, sentra pengelolaan sampah menghasilkan perbedaan di daerah itu. Masyarakat dulu terbiasa membuang sampah ke sungai, membakar dan menimbun. Hanya sedikit yang dimanfaatkan kembali.
“Dengan adanya SEKOLA, kita sudah bisa mengurangi dari 97 persen yang dikelola dengan kurang bijak tadi, menjadi tinggal 36,6 persen yang kita serahkan kepada Dinas Lingkungan Hidup untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Andrew Hallatu selaku Public Affairs and Community Manager Coca-Cola Indonesia, mengatakan program EcoRanger dimulai ketika pihaknya melihat pemerintah mendorong sektor pariwisata. Namun, selain faktor ekonomi, pariwisata juga dapat berdampak dengan lingkungan terkait peningkatan sampah di tempat tujuan wisata.
Karena itu, Coca-Cola bersama Greeneration ingin menciptakan gerakan masyarakat yang terlembagakan, mengingat tidak selamanya pihak koordinator program dapat berada di Banyuwangi.
“EcoRanger sebenarnya sejumlah orang lokal yang direkrut, kita berdayakan, beri pelatihan untuk bisa memobilisasi gerakan yang lebih besar di daerah mereka,” tutur Andrew. (Ant)