Petambak Lamsel Maksimalkan Budidaya Nila Salin dan Udang Vaname
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Budidaya ikan nila salin dan udang vaname jadi andalan bagi petambak di pesisir timur Lampung Selatan. Rusdiantoro, petambak di Desa Sumber Nadi, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan menyebut memilih dua komoditas pada satu lahan.
Jenis ikan nila atau Oreochromis niloticus dan vaname atau Litopenaeus vannamei dikembangkan secara bertahap.
Memiliki empat kolam satu di antaranya untuk pembesaran ikan nila, tiga di antaranya ditebar benur udang vaname. Tiga petak tambak udang ditebar masing masing 30.000 benur vaname yang rata-rata berusia 3 bulan. Memasuki usia dua bulan ia mulai memindahkan ikan nila salin ke petak tambak berisi udang. Pemindahan dilakukan saat populasi lumut, ganggang memenuhi air tambak.
Pilihan ikan nila salin dilakukan karena ikan jenis tersebut memiliki kemampuan adaptif terhadap air dengan kadar salintas atau garam tinggi. Daya tahan tinggi terhadap kondisi lingkungan juga membuat ikan tersebut bisa dibudidayakan pada kondisi air payau dan air tawar. Ikan nila yang ditebar ke kolam vaname sebutnya telah memasuki usia empat bulan. Sementara udang vaname masuk usia dua bulan.
“Satu siklus budidaya udang vaname saya juga menyiapkan satu kolam khusus untuk budidaya ikan nila yang akan dipindahkan ke kolam vaname,saat usia empat bulan usia vaname keduanya bisa dipanen bersamaan sehingga ikan nila salin genap waktunya dipanen usia enam bulan,” terang Rusdiantoro saat ditemui Cendana News, Senin (23/11/2020).
Rusdiantoro bilang dalam satu petak ia bisa memanen sekitar 10 kuintal udang vaname dan 5 kuintal ikan nila salin. Namun dalam kondisi perubahan cuaca didominasi hujan tingkat ancaman penyakit meningkat. Pada ikan nila salin serangan virus Tilapia Lake Virus (TiLV) kerap berimbas kematian. Virus berak putih dan myo juga menyerang udang vaname. Pengaturan sirkulasi air jadi solusi memperkecil penyebaran virus.