Petambak Lamsel Maksimalkan Budidaya Nila Salin dan Udang Vaname
Editor: Makmun Hidayat
Rusdiantoro menambahkan sejumlah sejumlah petak tambak dikembangkan dengan sistem tradisional. Dua diantaranya dikembangkan semi intensif memakai masing masing empat kincir. Penggunaan kincir dilakukan untuk meningkatkan pasokan oksigen pada tambak sekaligus menurunkan tingkat kematian. Selain kincir pemberian dolomit atau zat kapur diberikan menurunkan kadar asam air hujan.
“Curah hujan tinggi pada budidaya ikan nila salin dan udang vaname berpotensi merugikan sehingga harus rutin ditaburi dolomit,” cetusnya.
Pada kolam khusus ikan nila salin, Rusdiantoro menyebut pertumbuhan cukup baik. Satu petak seluas setengah hektare sebutnya bisa menghasilkan sekitar 500 kilogram ikan nila. Sistem pemanenan dilakukan secara parsial untuk proses pemilahan ikan nila yang telah berukuran besar. Satu kilogram ikan nila konsumsi sebutnya berisi delapan hingga sepuluh ekor.
“Ikan nila tidak perlu menunggu panen total karena bisa disortir sehingga bisa dijual ke pasar dan sejumlah usaha kuliner,” cetusnya.
Pemanenan ikan nila salin secara parsial sebutnya sekaligus penyortiran untuk dipindah ke kolam udang vaname. Ikan nila memiliki fungsi untuk membersihkan gulma ganggang dan lumut hijau pada lahan tambak udang vaname. Sebab memasuki musim penghujan laju pertumbuhan lumut hijau mengalami peningkatan populasi. Penambahan ikan nila pada kolam udang vaname sekaligus membersihkan tambak.
Kamijah, salah satu pemilik tambak di desa yang sama menyebut budidaya ikan nila salin dan udang vaname dilakukan pada sistem tambak tradisional. Lokasi tambak di dekat pantai timur sebutnya terhubung dengan sejumlah kanal pemasok air baku. Saluran irigasi penyedia air payau sebutnya memungkinkan petambak bisa mengatur sirkulasi air.