Pembelian Gas Elpiji di Lamsel Dibatasi

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Selama masa libur panjang ia menyebut, terjadi kendala distribusi sehingga saat semua tabung gas elpiji 3 Kg kosong, ia belum bisa menukarnya dengan tabung berisi. Meski antre ia menyebut, kuota tetap dibatasi agar semua warung bisa berjualan.

Permintaan gas elpiji melon sebutnya, dominan dibeli oleh setiap ibu rumah tangga dan pedagang kuliner. Mendapat keuntungan Rp4.000 hingga Rp5.000 dari penjualan tabung gas elpiji ukuran 3 kg, menjadi salah satu sumber penghasilan di warung miliknya.

Ia menyebut, sebagian pengecer kerap mendapat kiriman dari agen lain yang mengirimkan tabung gas dan galon air minum.

“Kalau hanya mengandalkan dari satu agen gas penjualan lebih sedikit dan dapat kiriman dari agen keliling,” cetusnya.

Siti Aminah, salah satu pemilik usaha kuliner di Jalan Lintas Timur Sumatera, tepatnya di KM 2 Bakauheni, mengaku, pasokan gas kerap tersendat.

Ia memilih menyiapkan tabung gas elpiji 3 kilogram sebanyak 5 buah, tabung gas 5,5 kilogram sebanyak 2 buah, dan 1 buah tabung gas 12 kilogram. Pemakaian tiga jenis tabung gas untuk kebutuhan memasak rawon dan kuliner dijual di warungnya.

“Mengandalkan satu jenis tabung gas berakibat saat terjadi kekosongan menghambat proses memasak jadi harus stok banyak,” cetusnya.

Pembatasan penjualan sebut Siti Aminah, kerap menyulitkannya sebagai pedagang. Ia menyiasatinya dengan melakukan sistem titip pada sejumlah pengecer. Meski harus membayar lebih Rp2.000 per tabung dari harga normal, langkah itu dilakukan agar usahanya berjalan lancar. Sebab kebutuhan gas sangat diperlukan untuk menjalankan usaha kuliner.

Rustanti, ibu rumah tangga di Bakauheni mengaku, kerap kesal saat tabung gas elpiji 3 kg habis. Ia bahkan pernah menggoreng telur yang belum matang namun gas keburu habis.

Lihat juga...