Pandemi Belum Usai karena 3T Belum Optimal

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

JAKARTA — Delapan bulan pandemi sudah berlangsung di Indonesia tapi tidak terlihat perubahan signifikan terhadap penanganan COVID 19. Data masih menunjukkan adanya kasus baru dan angka kematian pun masih tercipta dalam laporan harian. Apakah ini karena pemerintah tidak berkomitmen dalam melaksanakan 3T untuk penanganan pandemi? Atau masyarakat abai akan 3M.

Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan drg. Saraswati, MPH menyatakan pelaksanaan 3T (Testing-Tracing-Treatment) sebenarnya sudah dipahami sebagai suatu hal yang paling penting dalam penanganan pandemi.

“Kenapa ini tidak terlihat dalam sosialisasi di masyarakat? Karena memang 3T ini lebih ditujukan kepada petugas pelayanan kesehatan. Memang tidak digaungkan pada komunitas atau masyarakat. Tapi bukan pemerintah tidak berkomitmen dalam menjalankannya, hanya belum optimal,” kata Saras dalam acara online terkait kesehatan masyarakat, Jumat (6/11/2020).

Pada awal pandemi, lanjutnya, pemerintah lebih berfokus pada penguatan pelayanan kesehatan, seperti penyediaan alkes atau pendirian rumah sakit darurat.

“Untuk tracing, memang di Indonesia tidak mudah untuk memaksimalkan sumber daya yang ada dan agak terlambat. Baru sekarang ini, kami membuka relawan untuk membantu upaya tracing puskesmas,” ujarnya.

Terkait sosialisasi maupun pelatihan bagi para petugas layanan kesehatan di puskesmas, Saras menyebutkan sebenarnya sudah dilakukan secara online dan menyesuaikan dengan periode kerja.

“Tapi karena online, mungkin hasilnya tidak maksimal dan penerimaan materi tidak adequate. Lagipula, awalnya peran puskesmas pada masa pandemi ini lebih pada edukasi. Selain karena fokus pemerintah pada penguatan rumah sakit rujukan juga karena distribusi APD yang belum merata,” ungkapnya.

Lihat juga...