Paduan Rempah dan Daun Jeruk Jadikan Rempeyek Menggoda Selera
Editor: Makmun Hidayat
“Karena kita butuh minyaknya panas dan pinggiran wajan dimana kita menuang adonan juga sudah panas. Tapi apinya harus sedang cenderung kecil. Kalau terlalu besar, adonan akan menjadi gosong,” ujarnya.
Ina menjelaskan kalau adonan sudah mulai terlepas dari pinggiran wajan, maka tinggal ditunggu hingga berubah warna menjadi kuning keemasan.
“Peyek ini dipergunakan sebagai pendamping nasi untuk memberikan rasa gurih. Tapi bisa juga dijadikan camilan saat menjamu tamu atau saudara,” kata Ina.
Terkait asal-usul rempeyek, Ina mengaku tidak tahu banyak. Kecuali, makanan tersebut sudah dikenal oleh masyarakat sejak dirinya kecil.
“Saya sudah mengenal peyek dari kecil. Tanpa tahu asalnya dari mana. Tapi sepertinya memang banyak ditemukannya di Jawa,” ungkapnya.
Salah satu literatur menyebutkan bahwa rempeyek pertama dituliskan dalam tulisan adalah oleh De Graaf pada Mataram Islam.
Dituliskan tentang perjalanan Bedhol Desa oleh rombongan Ki Ageng Pamanahan atas perintah Sultan Hadiwidjaja. Rombongan tersebut menempuh perjalanan dari Surakarta ke Alas Mentaok.
Saat rombongan tersebut berisitirahat di kediaman Ki Gede Karanglo di daerah Sungai Opak, mereka dijamu dengan nasi putih, sayur pecel, peyek dan sayur kenikir.
Sejak itulah rempeyek mulai dikenal. Dan nama rempeyek itu berasal dari kata rempah-rempah dan kata jiyek, yang memiliki arti gepeng dan lebar.