Jeluh Kelunan di Tubuh Babi

CERPEN BERI HANNA

Ikam Muna muak dengan kebodohan semacam itu, pada saat nenek tua hendak melumat kemaluannya untuk yang kesekian, sebuah kampak menebas kepala nenek tua. Anjing peliharaan menyalak-nyalak dari luar. Namun, salakan itu tak bertahan lama setelah susulan sabetan kampak memisahkan tubuh dan kepalanya.

“Kenapa dia tidak dihukum oleh Kepala Adat?” tanya Guna Mali.

“Ikam Muna bukan manusia tanah kita. Ia lahir dengan cara lain, seperti kata Kepala Adat. Ia turunan iblis. Ibunya berkali-kali memberi sesajen pada roh pohon besar yang tumbang sebelum diketahui namanya.”

Guna Mali penasaran dengan pohon besar yang dimaksud, orang tua meluruskan cerita bahwa pohon itu lenyap dalam semalam —menciut di kedalaman sungai.

“Kini, nyeluh Ikam Muna dipercaya menjelma seekor babi. Namun sampai sekarang, tak ada satu orang yang berhasil mengayau babi jelmaan itu.”

“Bagaimana ciri-cirinya?”tanya Guna Mali.

“Seperti yang dikatakan Kepala Adat dulu, bekas luka di kepala yang melonjong itu takkan pernah bisa hilang meski ia menjelma babi, ular, kodok, sapi, dan lain-lain sekali pun.”

Guna Mali menelan ludah, ia hendak berlari menuju kandang, memastikan babi-babi peliharaannya tak satu pun memliki kepala lonjong atau bekas luka gigitan. Namun, orang tua menahannya dan melanjutkan cerita.

Matinya Ikam Muna karena ia telah jatuh cinta pada Sinar Sinum, putri Sulung Jakan Banar. Pertemuannya di Sendawar tidak dapat dielak bila cinta mekar bagai hujan turun di malam penuh angin. Petir menyambar dan langit berkilat-kilat.

Hati Sinar Sinum telah tertawan Ikam Muna saat perahunya hendak karam di Sungai Mahakam. Ia diselamatkan dari buaya yang lapar, kalau tidak cepat pasti satu gigitan membuat cacat seumur hidup.

Lihat juga...