Penjual Minyak Tanah Keliling, Bertahan di Tengah Sepi Pembeli
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Terik sinar matahari tidak membuat Tarji, menyerah. Sembari mendorong gerobak berisi puluhan liter minyak tanah, dirinya tetap setia menyusuri jalanan di wilayah Tembalang, Kota Semarang.
Ya, pria berusia 56 tahun ini merupakan penjual minyak tanah keliling. Profesi tersebut sudah digelutinya selama puluhan tahun. Beralihnya masyarakat menggunakan minyak tanah ke tabung gas LPG, tetap tidak membuatnya berhenti menekuni pekerjaan tersebut.
“Kuncinya sabar, pasti ada yang beli, meski tidak banyak. Jadi harus sabar berjualan,” paparnya, saat ditemui Cendana News di sela berjualan, Selasa (27/10/2020).
Minyak tanah tersebut diambilnya dari agen, kemudian dijual kembali sembari berkeliling untuk ditawarkan kepada pembeli.
“Saya beli dari agen, Rp 10 ribu per liter. Kemudian saya jual lagi Rp 14 ribu per liter, meski begitu kalau mau beli setengah liter juga boleh. Jualan saya di sekitar wilayah Tembalang, Ngesrep, Banyumanik,” terang pria, yang mengaku sudah menjadi pedagang minyak tanah keliling sejak harga masih Rp 2.500 tersebut.
Jika ada pembeli yang tidak membawa wadah, dirinya pun menyediakannya, dengan menggunakan botol plastik kemasan air minum.
Diakuinya, program konversi minyak tanah ke LPG, menjadi titik balik kejayaan minyak tanah di Indonesia, termasuk di Kota Semarang. Perlahan namun pasti, jumlah pembeli atau konsumen pun terus menurun, karena sudah beralih ke LPG.
“Dulu sewaktu masih jaya-jayanya, sehari bisa jual 50 – 100 liter minyak tanah, kalau sekarang paling 5 liter sehari, itu saja tidak tentu. Bisa jadi hari ini tidak ada yang beli, besok ada yang borong. Ya tadi itu, kuncinya sabar,” paparnya.