Masa Tanam di Semarang Dimulai, Stok Pupuk Subsidi Hanya Tersisa 40 Ton

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Mengatasi persoalan tersebut, pihaknya pun sudah melakukan koordinasi dengan pihak perbankan, agar kartu tani yang terblokir tersebut bisa dibuka kembali.

“Kendala lainnya, kita juga menemukan masih banyak alat penebusan pupuk bersubsidi dengan kartu tani ini, tidak berfungsi. Akibatnya petani juga kesulitan, hal ini juga sudah kita sampaikan ke pihak bank,” tegas Hernowo.

Sementara, salah seorang petani di Kota Semarang, Saputro mengaku jika jelang musim tanam I pada awal November 2020, untuk mendapatkan pupuk subsidi sulit.

“Ya, kita sebagai petani bersyukur kalau kuota pupuk subsidi ini ditambah. Untuk memenuhi pupuk, saya pakai non subsidi, jadi biaya lebih mahal. Untuk satu hektare, butuh 4 kuintal, hanya tersedia hanya 3 kwintal,” terangnya.

Untuk menutupi kekurangan tersebut, dirinya membeli 100 kilogram pupuk non subsidi mencapai Rp 1 juta.

“Kadang juga lebih, sebab kesuburan tanah berbeda-beda, jadi semakin jelek kualitas tanah, maka kebutuhan pupuk juga semakin banyak,” tandasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Jateng, Suryo Banendro, menjelaskan untuk mengatasi persoalan pupuk bersubsidi tersebut pihaknya sudah mengajukan penambahan ke pemerintah pusat.

“Sudah diajukan sebanyak 390 ribu, untuk pembagiannya per kabupaten kota, saya tidak hafal. Namun yang pasti sudah diajukan sejak pertengahan September 2020 lalu,” jelasnya.

Pihaknya juga kembali menegaskan, untuk menjaga agar pembelian pupuk subsidi tepat sasaran, penggunaan kartu tani, menjadi kewajiban.

“Hanya pemilik kartu, yang bisa membeli pupuk bersubsidi karena datanya sudah masuk database. Pengaturan ini untuk mencegah kelangkaan pupuk yang disebabkan pembelian tidak tepat sasaran,” tegasnya.

Lihat juga...