Lampung Fokus Pengembangan Komoditas Gaharu dan Damar

Editor: Makmun Hidayat

Terobosan bagi sektor kewirausahaan sebut Idi Bantara telah dilakukan dengan pendampingan pada petani. Berkoordinasi dengan instansi terkait hasil panen getah damar dan gubal gaharu ditampung oleh kelompok tani. Langkah tersebut menghindari adanya tengkulak dan spekulan yang mempermainkan harga.

“Produk damar dan gaharu dominan diminati pasar luar negeri atau ekspor, gubal gaharu dan damar harus bisa memberi kesejahteraan petani hutan,” cetusnya.

Tanaman gaharu milik petani di Kecamatan Pekalongan, Lampung Timur yang digunakan untuk investasi jangka panjang, Rabu (7/10/20200. -Foto Henk Widi

Tingginya permintaan gubal gaharu sebut Idi Bantara mencapai 400 ton per tahun di Indonesia. Harga menyesuaikan syarat dari aroma, bentuk dan warna pasca inokulasi. Di level tengkulak harga gaharu mencapai Rp800.000 hingga Rp1juta per kilogram. Sementara bagi eksportir ke negara Dubai dan Qatar harga jual mencapai Rp10juta hingga Rp15juta per kilogram. Pasar langsung pada konsumen jadi kendala bagi petani.

Jenis damar di level petani dijual Rp11.000 jenis damar batu, Rp14.000 jenis damar hitam, Rp20.000 jenis damar mata kucing. Komoditas HHBK tersebut sebagian berada di hutan lindung sehingga petani hanya memiliki hak untuk mengambil hasil. Meski demikian petani hutan perlu difasilitasi dengan pembentukan kelompok tani hutan (KTH) agar bisa meningkatkan daya saing dan nilai jual produk.

“Sebagian petani hutan telah difasilitasi dengan permodalan,pembuatan kebun bibit rakyat untuk peremajaan tanaman gaharu dan damar,” cetusnya.

Lihat juga...