Jaga Kualitas Rasa, Rahasia ‘Soto Bokong’ di Jalintimsum

Editor: Makmun Hidayat

Jupri mengaku Warung Soto Bokong Mas Agus tetap eksis. Padahal dari sejumlah warung makan di sepanjang Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera sebagian tutup. Pandemi Covid-19 sebutnya ikut menumbangkan sektor kuliner. Sebagian yang bertahan merupakan rumah makan, restoran yang memiliki kerjasama dengan usaha ekspedisi dan travel.

“Warung kuliner skala kecil sebagian tutup sejak tiga bulan silam,konsumen berkurang namun di soto bokong mas Agus saya masih bisa menikmatinya racikan soto favorit,” cetusnya.

Merogoh kocek rata-rata Rp30ribu untuk seporsi soto, ayam goreng bagian bokong, teh hangat ia menyebut sebanding. Sebab usai bekerja dan cuaca dingin ia mendapat asupan yang tepat dengan mengonsumsi soto. Rasa hangat soto sekaligus menjaga kondisi badan tetap fit sekaligus menghindari terserang penyakit.

Senada dengan Jupri, salah satu pelanggan asal Desa Berundung mengaku menjadi pelanggan tetap. Soto sebutnya merupakan hidangan yang banyak dibuat oleh sejumlah warung makan. Namun racikan khas soto bokong Mas Agus cukup istimewa. Dibuka sejak beberapa tahun silam Sunarso mengaku tidak pernah ada perubahan rasa, tetap lezat dan gurih.

“Kalau soto setiap orang bisa membuatnya, namun yang pas di lidah di tempat Mas Agus ini jadi rekomendasi saat menyantapnya,” cetus Sunarso.

Mengajak rekan kerja yang belum pernah merasakan soto bokong jadi kebanggaannya. Sebab ketika menjamu rekan kerja dominan memuji rasa yang nikmat pada soto yang dihidangkan. Sajian ayam goreng bagian jeroan hati, ampela, leher, dada, paha dan bokong atau brutu digoreng garing. Disediakan saat hangat membuat rasa soto bokong menggoyang lidah.

Lihat juga...