Pengaplikasian Kajian Oseanografi Sudah Dilakukan Sejak Nenek Moyang
Editor: Koko Triarko
“Nelayan kemudian dapat menangkap ikan paling banyak pada dengan puncak migrasi, yakni Oktober,” ucap Widodo, seraya menunjukkan tabel pergerakan arus.
Berdasarkan data tangkapan ikan pelagis kecil 1982-1992 seperti ikan Layang di Laut Jawa, dalam setiap tahunnya terdapat dua puncak hasil tangkapan, namun selalu puncak ke dua di Oktober adalah yang lebih tinggi dibandingkan pada bulan April.
“Migrasi ikan Layang dari Selat Makassar menuju ke Laut Jawa adalah mengkuti massa air laut yang dingin dan berkadar garam tinggi yang mengalir dari Selat Makassar ke Laut Jawa, mulai bulan Mei hingga Oktober. Kondisi massa air tersebut adalah habitat yang nyaman dihuni oleh ikan, sehingga ikan mengikuti pergerakan aliran massa air tersebut,” paparnya.
Sedangkan di Selatan Jawa, adanya fenomena ENSO dari Samudra Pasifik dan IOD dari Samudra Hindia yang menyebabkan variasi upwelling, meningkatkan jumlah ikan Tuna seperti Cakalang dan Tuna Sirip Kuning.
“Jika kita meninjau ulang dengan proses periode tangkapan ikan nelayan tradisional di Selatan Jawa, maka pada bulan Juli Oktober memang adalah hal yang tepat. Karena pada masa itu memang jumlah ikan meningkat secara drastis,” urainya.
Fenomena lainnya yang juga mempengaruhi keberadaan ikan, lanjut Widodo, adalah Arus Eddy, yang merupakan pusaran massa air di laut yang terbentuk di sepanjang batas arus Samudra.
“Kalau kita melihat pada kapal penangkap tuna, maka tanpa disadari mereka selalu berada pada tepi-tepi arus Eddy. Arus Eddy ada yang mengindikasikan upwelling (Arus Eddy Siklonik) dan ada yang mengindikasikan downwelling (Arus Eddy Anti-Siklonik). Dari penggabungan data arus Eddy, terlihat ikan Tuna Sirip Kuning mendekati arus Eddy yang menyebabkan upwelling,” imbuhnya.