Pengaplikasian Kajian Oseanografi Sudah Dilakukan Sejak Nenek Moyang
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Peneliti mengatakan, pengaplikasian kajian-kajian oseanografi sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu oleh para nenek moyang, termasuk nelayan Indonesia. Baik yang hanya berbasis pada pengamatan pada laut, atau yang menggabungkannya dengan metode keilmuan lain, seperti perbintangan. Penggabungan ilmu oseanografi dengan budaya yang ada di suatu masyarakat, disebut etno-oseanografi.
Menurut ahli oseanografi, Widodo S Pranowo, hal itu bisa dilihat pada berbagai perilaku budaya yang diturunkan turun temurun secara lisan.
“Contohnya perwujudan rasa syukur para nelayan, biasanya diwujudkan dengan sedekah laut, yang memiliki penyebutan berbeda dari setiap wilayah Indonesia. Mulai dari Upacara Sinara di Kaimana Papua Barat, Labuh Laut di Yogyakarta hingga Jamuan Laut di Melayu Serdang,” kata Widodo, saat dihubungi, Rabu (30/9/2020).

Frekuensi pelaksanaan sedekah laut ini, bergantung pada tujuan dari kegiatan ini. Misalnya, yang setahun sekali biasanya dilakukan pada Bulan Suro sebagai rasa syukur atau yang dilakukan pada Bulan Oktober, yang merupakan musim pancaroba sebagai upaya meminta perlindungan.
“Misalnya, masyarakat pesisir utara Jawa dan para nelayan yang menangkap ikan di Laut Jawa, menyelenggarakan Tradisi Nadran setahun sekali antara September hingga Oktober, yang bermakna rasa terima kasih, sebagai janji jika jumlah ikan yang ditangkap sesuai dengan keinginan nelayan,” ucapnya.
Kalau ditinjau dari sisi ilmiah, pada data migrasi musiman ikan pelagis kecil bulan September hingga November pergerakannya adalah di seputar Laut Jawa.