Penerima Stimulus Ekonomi di Lamsel Kembangkan Sarana Budidaya

Editor: Makmun Hidayat

Pengembangan sarana budidaya sebut Lilik Totiwisojo jadi cara untuk memperlancar pasokan. Sebab sebanyak 40 pasang indukan lele mutiara saat ini telah menghasilkan sd sebanyak 100 ribu benih. Benih tersebut akan disortir seusai ukuran mulai dari 1 cm hingga 12 cm. Penambahan kolam semen yang permanen membuat sarana produksi tersebut lebih awet.

“Kolam terpal memiliki jangka waktu maksimal tiga tahun bisa rusak karena bocor, kalau semen bisa ditambal sehingga praktis,” terangnya.

Menerima tiga kali BLT dari KKP total mencapai Rp1,8 juta selama tiga bulan cukup membantu. Selama ini biaya operasional pembenihan ikan lele berasal dari pakan jenis cacing darah. Memiliki aset kurang lebih Rp50juta lebih dari sarana produksi ia memastikan bantuan stimulus ekonomi KKP berguna untuk menekan pengeluaran dari modal pribadinya.

Perputaran ekonomi dari sektor usaha pembenihan lele mutiara sebutnya cukup cepat. Sebab sistem pembesaran yang tepat memakai kolam tanah, terpal, semen bisa berhasil dipanen usia tiga bulan. Imbas positifnya sejumlah pembudidaya memiliki permintaan benih mulai dari 1000 hingg 5000 ekor. Pasokan wilayah Lamsel bisa dipenuhinya bahkan hingga luar kabupaten.

“Tambahan kolam sekaligus menjadi stok kebutuhan benih yang selama ini harus didatangkan dari luar kabupaten,” cetusnya.

Perputaran bantuan stimulus sebutnya telah membantu sektor usaha lain. Bagi para pembudidaya pembesaran dengan hasil 1 ton bisa menghasilkan omzet kotor Rp10juta dengan asumsi harga jual Rp15.000 pad level petani. Selanjutnya ikan lele segar membantu sektor usaha kuliner pecel lele dan sejumlah warung makan. Sebagian ikan akan dijual ke usaha pemancingan setelah ukuran tidak masuk pecel lele.

Lihat juga...