Nasgor Dimasak dengan Tungku Arang, Menambah Cita Rasa
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Nasi goreng, menjadi menu sejuta umat di Indonesia. Bisa dipastikan pula, hampir di seluruh pelosok negeri, dengan mudah penjual nasi goreng ditemukan. Namun, meski sama-sama nasi goreng, cita rasa dan keunikan yang ditawarkan berbeda-beda.
Termasuk di kawasan Tembalang Kota Semarang. Terletak di lingkungan kampus, mulai dari Universitas Diponegoro (Undip), Politeknik Negeri Semarang (Polines), Universitas Pandanaran Semarang (Unpand) hingga Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, penjual nasi goreng pun menjamur.
Keberadaan mereka bak dewa penolong bagi para mahasiswa, maupun masyarakat umum, yang tengah kelaparan. Terutama di saat malam hari. Hal ini mengingat, para pedagang ini rata-rata baru berjualan mulai pukul 18.00 WIB.
Selain model gerobak dorong, dengan berkeliling melewati perkampungan dan perumahan, banyak diantara mereka yang menyewa tempat permanen, maupun membuka lapak di pinggiran jalan raya.
Di satu sisi, di antara para pedagang nasi goreng yang jumlahnya mencapai puluhan, ada satu tempat kerap menjadi rekomendasi tujuan, bagi penggemar nasi goreng, khususnya di wilayah Tembalang, yakni Nasi Goreng Pak Pardi.
Terletak persis di depan kampus Polines, atau 200 meter sebelum gerbang kampus Undip, setiap hari warung tersebut ramai dikunjungi pembeli. Ada dua hal yang membuatnya begitu terkenal.
“Pertama karena rasanya pasti enak. Meski pilihan nasi gorengnya hanya dua, yakni nasi goreng babat atau nasi goreng ayam. Rasa yang enak ini, selain karena bumbunya yang pas, cara memasaknya juga berbeda. Tidak menggunakan kompor gas, namun tetap memakai arang kayu,” papar Heri Trabas, salah seorang pembeli Nasi Goreng Pak Pardi, saat ditemui di warung tersebut, Sabtu (26/9/2020) malam.