Mendulang Asa Bersama Onde-Onde Ketawa

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sejak berumah tangga, Nurhayati sudah hidup mandiri bersama suaminya, Sugeng yang bekerja sebagai kuli bangunan. Mereka memiliki satu anak yang sudah berusia 11 tahun. Kerja suaminya yang serabutan, membuat beban ekonomi keluarga kecil tersebut terasa berat. Tekanan ekonomi sempat membuat Nurhayati ingin pergi bekerja sebagai buruh migran sebagaimana banyak perempuan di desa tersebut. Namun, niat tersebut diurungkan, saat perangkat desa mengajaknya ikut bekerja di BUMDes Ngudi Rahayu.

Dalam satu hari, Nurhayati bekerja selama 8 jam dan setiap jamnya ia mendapat bayaran Rp 4.000. Sehingga satu hari ia dibayar Rp 32.000 dan dalam satu minggu ia mendapatkan bayaran Rp 224.000. Penghasilannya dari membuat onde-onde ketawa tersebut sangat berarti bagi Nurhayati, mengingat suaminya tidak selalu bekerja setiap saat. Upah satu minggu digunakan untuk membayar cicilan motor dan sisanya, upah tiga minggu dimanfaatkan untuk menyambung asap dapur supaya tetap mengepul.

Nurhayati hanyalah salah satu dari seribu lebih warga Desa Mernek yang bisa memperbaiki ekonomi melalui berbagai usaha BUMDes di bawah binaan Pertamina MOR IV. Direktur BUMDes Ngudi Rahayu, Heriyanto mengatakan, saat ini pihaknya mengelola beberapa jenis usaha, mulai dari perdagangan UMKM, pertanian, perikanan dan jasa. Untuk perdagangan, BUMDes memproduksi dua jenis makanan, yaitu onde-onde ketawa dan sumpia ikan salmon.

“Produksinya bergantian, jadi misalnya hari ini memproduksi onde-onde ketawa sebanyak 10 kilogram, besok memproduksi sumpia ikan salmon 10 kilogram. Untuk pemasarannya sudah merambah beberapa kecamatan di Cilacap, seperti Kecamatan Adipala, Maos, Kroya, Sampang dan Kesugihan,” kata Heriyanto.

Lihat juga...