Ada Apa dengan Mapel Sejarah?
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Kecenderungan pola pengajaran mata pelajaran (mapel) sejarah yang dianggap membosankan, ditanggapi berbeda oleh pengajar dan pengamat pendidikan, masing-masing memiliki argumennya sendiri.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menyatakan ada kecenderungan penyajian mapel sejarah membuat anak-anak bosan.
“Pembelajaran sejarah oleh para guru selama ini memang cenderung hafalan. Bukan pemaknaan dan esensi nilai-nilai apa saja dari suatu peristiwa sejarah tersebut bagi perjalanan bangsa dan bagaimana peristiwa buruk bisa menjadi pembelajaran yang tidak boleh terulang di kemudian hari,” kata Retno saat dihubungi, Selasa (22/9/2020).
Selama ini, lanjutnya, pembelajaran sejarah cenderung membosankan bagi anak-anak murid.
“Karena hanya hafalan seputar apa kejadian, di mana kejadiannya, siapa saja tokoh sejarahnya, kapan terjadinya dan di mana kejadiannya. Tapi sebab dari peristiwa sejarah itu jarang digali dan didalami melalui dialog. Kalau hafalan, cenderung mudah dilupakan dan tidak dipahami makna suatu peristiwa sejarah,” ucapnya.

Menanggapi hal ini, Guru Sejarah SMAN 5 Bandung, Eka Harijanto, M.Pd, menyatakan para pengamat sebaiknya tidak langsung meminta revisi pola ajar sebelum memahami sistem ajar yang diterapkan pemerintah, yang dalam hal ini, Kemendikbud.
“Untuk pola pengajaran dan anggapan bahwa pelajaran sejarah membosankan, harusnya dilihat sisi lainnya dulu. Guru-guru PNS punya kewajiban mengajar tatap muka minimal 24 jam, ada yang 26, 27 dan lebih. Supaya bisa memenuhi minimal 24 maka ia harus mengajar banyak kelas,” kata Eka, saat dihubungi terpisah.