Permintaan dan Harga Meningkat, Untungkan Petani Kelapa Lamsel
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Rukmanto menyebut bisa memanen kelapa sebulan dua kali. Proses pemilahan dilakukan dengan memetik satu butir tiap janjang. Jika telah tua maka satu janjang berisi rata-rata delapan butir dipetik. Usai dipetik ia melakukan proses pengupasan dan penyortiran sesuai ukuran. Memanen sendiri lebih menguntungkan dibanding diborong pencari kelapa.
“Pencari kelapa kerap menanen kelapa secara acak imbasnya kelapa muda ikut dipanen,” terangnya.
Petani lain bernama Samuri di Desa Rawi, Kecamatan Penengahan menyebut menjual kelapa dalam bentuk butiran. Harga kelapa dari semula Rp2.500 naik menjadi Rp5.000 cukup menguntungkan dalam masa pandemi Covid-19.

Sebab hasil panen bisa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan saat ekonomi sedang sulit. Kelapa butir akan dijual ke pedagang di pasar yang menyediakan kelapa parut bahan santan.
“Penjualan ke tukang parut kelapa lebih menguntungkan karena semua ukuran bisa dimanfaatkan,” cetusnya.
Meski hanya memiliki puluhan batang tanaman kelapa Samuri memastikan masih bisa mendapat hasil. Sebelumnya ia bisa memanen sekitar 200 butir kelapa namun imbas kemarau produksi menurun menjadi 100 butir. Penggunaan kelapa untuk bahan bumbu keluarganya hanya terbatas sehingga hasil panen dominan dijual.
Jemu, pemilik usaha jual beli kelapa mengaku telah menyortirnya sebelum dijual. Sebagian kelapa butir akan dijual ke pengepul hasil pertanian untuk dikirim ke wilayah Banten. Sebagian kelapa yang tidak terjual akan dipergunakan sebagai bahan pembuatan kopra. Kelapa berukuran kecil atau grade C akan dipecah lalu dicungkil, lalu dijemur.