Pengolahan Burger Tuna Rumput Laut, Jadi Produk Ekspor

Editor: Makmun Hidayat

JAKARTA — Pelatihan pembuatan burger tuna rumput laut digagas oleh kementerian Kelautan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), bagi masyarakat kelautan diikuti oleh 902 peserta dari 34 provinsi di Indonesia.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Sjarief Widjaja mengatakan, bahwa Indonesia memiliki 555 jenis rumput laut dari total 8.000 jenis yang ada di dunia.

“Tahun 2018, Indonesia bahkan berhasil menjadi pengekspor rumput laut terbesar di dunia dengan volume 213.000 ton atau setara dengan 30% dari total volume ekspor dunia,” tegasnya, melalui rilis yang diterima Cendana News, Sabtu (8/8/2020).

Namun secara nilai, ekspor rumput laut Indonesia hanya berada di peringkat ketiga yaitu sebesar USD294 juta atau setara 12persen dari total nilai ekspor dunia.

Sementara peringkat pertama dipegang oleh Tiongkok dengan nilai USD594 juta hanya dengan 76.000 ton rumput laut.

Menurut Sjarief, hal ini terjadi karena Tiongkok mengekspor rumput laut dalam bentuk produk turunan atau olahan sehingga memberikan nilai tambah.

Sedangkan Indonesia mengekspor dalam bentuk bahan baku dengan nilai ekonomi yang rendah. Untuk itu, Sjarief berpendapat sudah saatnya Indonesia mengoptimalkan potensi rumput laut, dengan melakukan pengolahan di dalam negeri sehingga manfaat terbesar juga dirasakan oleh masyarakat sendiri.

Rumput laut dapat diolah menjadi beraneka produk bernilai tinggi seperti produk pangan tepung rumput laut, pakan ternak, pupuk tanaman, produk kosmetik, dan produk farmasi.

Pembuatan burger tuna rumput laut ini merupakan pemanfaatan rumput laut untuk produk pangan dipadukan dengan salah satu produk perikanan andalan Indonesia, yaitu tuna.

Lihat juga...