Penanganan Pasca-Panen Menentukan Kualitas Produk Sayuran

“Sejauh ini hasil dari diskusi yang sudah dilakukan di dua daerah tersebut adalah kejelasan informasi permintaan sayuran dari daerah pemasaran serta kemampuan produksi dan suplai dari daerah penghasil sayuran,” katanya.

Sementara itu Kepala Desa Cibeurum Asep Nahdoh menyambut positif perhatian Universitas Indonesia yang melaksanakan riset ketahanan pangan di daerahnya. “Kami berharap keluaran riset ini dapat bermanfaat bagi para petani di Desa Cibeureum untuk meningkatkan taraf hidup mereka karena adanya kepastian pembelian hasil panen dengan harga yang menguntungkan,” katanya.

Ketua Gapoktan Desa Cibeurum, Yetno, mengeluhkan rantai pasok produk pertanian terlalu panjang dan pada akhirnya selalu merugikan petani.

“Produk pertanian terdampak serius oleh COVID-19 karena distribusi terputus akibat kebijakan pembatasan sosial (physical distancing). Sejumlah jenis sayuran sepi peminat dan gagal terjual karena harga jual dari petani sangat rendah, misalnya harga pakcoy sekarang hanya sebesar Rp300 per kilogram yang sangat mencekik petani,” ujar Yetno.

Hal serupa dikatakan oleh Samsul selaku petani milenial yang memandang perlu terobosan teknologi informasi yang mendekatkan petani di desa dan konsumen baik usaha maupun keluarga di Kota.

“Bukan sekadar marketplace, tim pemasar dan distribusi berbasis komunitas mutlak diperlukan agar produk sayur-mayur cepat sampai di konsumen dalam kondisi baik,” papar Samsul yang pernah magang di industri pertanian Jepang. (Ant)

Lihat juga...